Program pemerintah mengonversi konsumsi rumah tangga dari minyak tanah (mitan) ke elpiji harus tetap dilanjutkan. Program ini telah menghemat Rp 12 triliun, sehingga biaya untuk subsidi minyak tanah bisa dialihkan untuk menyejahterakan rakyat.
“Saya mendukung pemerintah untuk terus melanjutkan program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg,” tegas anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar Azwir Daini Tara, di Jakarta, Rabu (28/7).
Milton Pakpahan, anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat meluruskan “Si Melon” sebutan akrab tabung elpiji 3 kg itu disebut bom. Faktanya elpiji 3 kg hingga kini masih tetap dipakai tiap hari oleh masyarakat. Masalahnya memang perlu kehati-hatian dalam penggunaan elpiji ini agar tetap aman.
Untuk itu adanya wacana untuk membatalkan program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 kg itu tidak masuk akal
Ibu rumah tangga Rosmawati warga Cipete, Jakarta Selatan sudah empat tahun menggunakan elpiji 3 kg. Sejak 2007 menggunakan “Si Melon” hingga kini tak pernah mengalami kendala apa pun. Ia bersyukur karena tabung dan asesoris yang ia gunakan tak pernah mengalami gangguan. Tak ada kebocoran. “Alhamdulillah selama ini aman-aman saja,” jelas Rosmawati.
Rosmawati memang sempat ketakutan dengan pemberitaan insiden elpiji yang marak belakangan ini. Namun, ia tak mau berpaling dari “Si Melon”. Ia banyak mendapat keuntungan bila menggunakan elpiji 3 kg. “Memasak jauh lebih cepat bila dibanding dengan menggunakan minyak tanah,” tambah Rosmawati.
Bagi Rosmawati, yang penting hati-hati dan waspada ketika akan menggunakan elpiji. Sikap hati-hati ini diperlukan, karena dari hasil penelitian Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), Markas Besar Polisi Republik Indonesia (Mabes Polri) terhadap ledakan elpiji di berbagai daerah, tak ada satupun yang disebabkan oleh ledakan tabung. Umumnya, kejadian itu disebabkan adanya akumulasi gas akibat kebocoran pada selang dan regulator.
Kabareskrim Mabes Polri Komisaris Jenderal Ito Sumardi menyarankan kepada masyarakat untuk teliti dalam menggunakan elpiji 3 kg. Aspek Human error ikut mempengaruhi terjadinya insiden. “Jadi harus teliti dan hati-hati,” tegasnya dalam dengar pendapat Komisi VII DPR.
Kabareskrim memastikan, hingga kini belum ditemukan insiden yang terjadi di berbagai daerah, karena tabung elpijinya meledak. Ito juga memastikan, insiden elpiji 3 kg itu murni kecelakaan, bukan karena rekayasa untuk mengeruhkan suasana. [ID/M-6]
“Saya mendukung pemerintah untuk terus melanjutkan program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg,” tegas anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar Azwir Daini Tara, di Jakarta, Rabu (28/7).
Milton Pakpahan, anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat meluruskan “Si Melon” sebutan akrab tabung elpiji 3 kg itu disebut bom. Faktanya elpiji 3 kg hingga kini masih tetap dipakai tiap hari oleh masyarakat. Masalahnya memang perlu kehati-hatian dalam penggunaan elpiji ini agar tetap aman.
Untuk itu adanya wacana untuk membatalkan program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 kg itu tidak masuk akal
Ibu rumah tangga Rosmawati warga Cipete, Jakarta Selatan sudah empat tahun menggunakan elpiji 3 kg. Sejak 2007 menggunakan “Si Melon” hingga kini tak pernah mengalami kendala apa pun. Ia bersyukur karena tabung dan asesoris yang ia gunakan tak pernah mengalami gangguan. Tak ada kebocoran. “Alhamdulillah selama ini aman-aman saja,” jelas Rosmawati.
Rosmawati memang sempat ketakutan dengan pemberitaan insiden elpiji yang marak belakangan ini. Namun, ia tak mau berpaling dari “Si Melon”. Ia banyak mendapat keuntungan bila menggunakan elpiji 3 kg. “Memasak jauh lebih cepat bila dibanding dengan menggunakan minyak tanah,” tambah Rosmawati.
Bagi Rosmawati, yang penting hati-hati dan waspada ketika akan menggunakan elpiji. Sikap hati-hati ini diperlukan, karena dari hasil penelitian Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), Markas Besar Polisi Republik Indonesia (Mabes Polri) terhadap ledakan elpiji di berbagai daerah, tak ada satupun yang disebabkan oleh ledakan tabung. Umumnya, kejadian itu disebabkan adanya akumulasi gas akibat kebocoran pada selang dan regulator.
Kabareskrim Mabes Polri Komisaris Jenderal Ito Sumardi menyarankan kepada masyarakat untuk teliti dalam menggunakan elpiji 3 kg. Aspek Human error ikut mempengaruhi terjadinya insiden. “Jadi harus teliti dan hati-hati,” tegasnya dalam dengar pendapat Komisi VII DPR.
Kabareskrim memastikan, hingga kini belum ditemukan insiden yang terjadi di berbagai daerah, karena tabung elpijinya meledak. Ito juga memastikan, insiden elpiji 3 kg itu murni kecelakaan, bukan karena rekayasa untuk mengeruhkan suasana. [ID/M-6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar